Berlakunya Protokol Kyoto pada Rabu (16/2) untuk mereduksi emisi gas rumah kaca ke atmosfer berikan angin fresh bagi pengembangan tehnologi dan pemakaian bahan bakar daya ramah lingkungan. Satu diantara alternatif daya nonfosil yang mulai diintroduksi di Indonesia untuk kendaraan bermotor yaitu bioetanol. Inginalan daya alternatif ini dapat adalah usaha untuk kurangi pemakaian bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia.
Keperluan BBM di Indonesia sekarang ini meraih 215 juta liter /hari. Sedang yang di produksi didalam negeri hanya 178 juta liter /hari. Karenanya, kekurangannya 40 juta liter /hari mesti diimpor. Indonesia yang di kenal sebagai anggota Organisasi Negara - negara Pengekspor Minyak (OPEC) saat ini sudah jadi net-importir minyak bumi. Impor BBM nampaknya belum bisa diatasi karena kian lebih 50 % keperluan daya dalam negeri masihlah bertumpu pada minyak bumi. Walau sebenarnya, sesungguhnya Indonesia kaya sumber daya fosil non-BBM seperti gas alam, batu bara, dan minyak bumi, dan daya paling barukan salah satunya panas bumi, biomassa, tenaga hidro, dan panas matahari. Dalam keadaan harga BBM yang condong selalu naik, sekarang ini beragam jenis daya paling barukan mulai kompetitif pada bahan bakar berkualitas tanpa ada subsidi. Bioetanol, menurut Kepala Balai Besar Tehnologi Pati Tubuh Pengkajian dan Aplikasi Tehnologi (BPPT) Dr Agus Eko Cahyono, adalah satu diantara bahan bakar alternatif yang cost produksinya sama atau bahkan juga condong lebih murah dibanding dengan bensin tanpa ada subsidi. Pada kemampuan produksi bioetanol berkapasitas 60 kiloliter /hari, cost pokok produksinya Rp 2. 400. Disamping itu, dengan harga minyak mentah mendekati 60 dollar AS per barrel, cost pokok produksi BBM bertambah mendekati Rp 4. 000 per liter. Gasohol Bioetanol, dimaksud sekian karena etanol didapat melalui sistem fermentasi biomassa dengan pertolongan mikroorganisme. Biasanya etanol di produksi lewat cara sintesa etilen. Terkecuali bioetanol di kenal juga gasohol, yang disebut kombinasi bioetanol dengan premium. Gasohol BE-10, umpamanya, memiliki kandungan bioetanol 10 %, bekasnya premium. Kwalitas etanol yang dipakai termasuk fuel grade etanol yang kandungan etanolnya 99 %. Etanol yang memiliki kandungan 35 % oksigen bisa tingkatkan efisiensi pembakaran dan kurangi emisi gas rumah kaca. Rendahnya cost produksi bioetanol karena sumber bahan bakunya adalah limbah pertanian yg tidak bernilai ekonomis dan datang dari hasil pertanian budidaya yang bisa di ambil dengan gampang. Diliat dari sistem produksinya juga relatif simpel dan murah. Keuntungan lain dari bioetanol yaitu nilai oktannya lebih tinggi dari bensin hingga bisa menukar manfaat bahan aditif, seperti metil tertiary butyl ether dan tetra ethyl lead. Ke-2 aditif itu sudah diambil menukar timbal pada bensin. " Bioetanol bisa segera digabung dengan bensin pada beragam komposisi hingga untuk tingkatkan efisiensi dan emisi gas buang yang lebih ramah lingkungan, " kata Agus. Terkecuali tingkatkan kwalitas hawa dan ketahanan daya nasional, pemakaian bioetanol yang datang dari limbah pertanian dan product pertanian bisa menolong petani tingkatkan pendapatannya lewat intensifikasi budidaya dan pelebaran tempat. Produksi bioetanol di Indonesia, berdasar pada data Departemen Perindustrian dan Perdagangan pada th. 2002, sekitaran 180 juta liter dengan etanol berkadar 95-97 %. Dari empat pabrik di Lampung, Jawa Tengah, dan Jawa Timur saja dibuat 174, 5 juta liter per th.. Dari jumlah itu, 115 juta liter diekspor ke Jepang dan Filipina, sedang bekasnya dipakai sebagai bahan baku industri asam asetat, selulosa, pemrosesan rumput laut, minuman alkohol, cat, farmasi, dan kosmetik. Terkecuali pabrik komersial yang biasanya memakai limbah pabrik gula atau tetes, Balai Besar Tehnologi Pati BPPT meningkatkan produksi bioetanol berbahan baku ubi kayu. Pabrik percontohan yang di bangun di Lampung berkapasitas 8. 000 liter /hari. Terkecuali ubi kayu, ada sumber karbohidrat yang mungkin sebagai bahan baku etanol, yakni jagung, ubi jalar, sagu, dan tebu. Tetapi, keunggulan ubi kayu dibanding dengan yang lain yaitu bisa tumbuh di tanah yang kurang subur. Ubi kayu atau singkong mempunyai ketahanan yang tinggi pada penyakit dan bisa ditata saat panennya. Tetapi, kandungan patinya sekitar 30 %, masihlah lebih rendah dibanding dengan jagung (70 %) dan tebu (55 %). Di semua Indonesia ada 1, 4 juta hektar perkebunan ubi kayu, yang ada di 10 propinsi. Lampung salah satunya membuahkan ubi kayu 15 ton per hektar, sedang Jawa Timur 17-18 ton per hektar. Dengan anggapan 20 % keperluan bensin dapat digantikan gasohol BE-10 sampai 3 juta kiloliter, maka tiap-tiap th. akan dibutuhkan 2 juta ton ubi kayu, yang di produksi dari tempat seluas 100. 000 hektar. Terkecuali dari singkong, BPPT tengah membahas dan meningkatkan produksi etanol dari limbah pertanian. " Ini adalah bahan baku mungkin mengingat nilai ekonominya begitu rendah, " tuturnya. kendaraan yang keluar baru-baru ini kebanyakan jenis kendaraan injeksi, kendaraan ini harus di dukung oleh bbm berkualitas, gunakan Pertamina Solusi Bahan Bakar Berkualitas dan Ramah Lingkungan agar kendaraan anda selalu dalam kondisi baik dan tahan lama. Tetapi menggunakan biotanol juga tidak kalah berkualitasnya dengan produk dari pertamina
0 Comments
Leave a Reply. |
AuthorBlog ini di kelola oleh Maya Saputri Archives |